Gula adalah salah satu dari sembilan bahan pokok utama kebutuhan rumahtangga yang tak pernah lepas dari sorotan masyarakat. Gula juga tidak kalah heboh dari kelangkaan minyak goreng, kelangkaan gula di pasaran juga sering membuat pejabat negara pusing tujuh keliling untuk memutuskan apakah sudah waktunya membuka keran impor atau tidak. Butiran manis itu memang sudah lekat dalam keseharian kita. Pagi hari, kita biasa menyeruput segelas teh atau kopi yang diseduh dengan gula. Saat makan siang, lauk atau sayur yang kita santap juga biasanya dibubuhi gula sebagai penyedap. Hingga malam hari, jika lembur, kita akan kembali menyeruput seduhan kopi dan gula. Apa jadinya kalau sehari saja kita tak bisa mengkonsumsi gula?
Tetapi, sadarkah Anda kalau gula bukan sebatas pemanis di mulut saja? Gula memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Tetapi, jika dikonsumsi secara berlebihan, maka gula akan berbalik menjadi jadi sumber penyakit. Para ahli gizi menggolongkan gula yang biasa kita konsumsi sebagai gula sederhana (simple sugar). Gula sederhana ini tidak mengandung zat gizi lainnya, seperti vitamin atau mineral. Ada lagi kelompok gula lain, yakni gula kompleks (complex sugar) yang memiliki beberapa zat gizi lain seperti vitamuin dan mineral. Ada pun yang masuk golongan complex sugar adalah makanan yang mengandung zat pati seperti nasi, jagung, gandum, dan singkong.
Baik gula sederhana ataupun gula kompleks, semuanya adalah sumber karbohidrat yang oleh tubuh akan diolah menjadi glukosa. Nah, glukosa inilah yang yang akan menjadi makanan bagi sel-sel tubuh manusia. Bahkan, “Otak kita itu makanannya glukosa dan oksigen. Seseorang tidak mempunyai kemampuan beraktivitas kalau tidak memiliki glukosa,” jelas Ali Khomsan, dosen Fakultas Ekologi Manusia Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB). Itulah sebabnya, setelah memakan makanan yang manis-manis, kita sering kali merasa lebih tenang, dan bisa belajar dan berpikir dengan lebih cepat. Satu hal lagi, gula sederhana termasuk golongan monosakarida, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk berproses menjadi glukosa menjadi lebih singkat. Hal ini karena gula hanya memiliki satu molekul saja.
Biarpun ada banyak jenis gula, seperti gula pasir, gula merah, atau gula jagung, kandungan gizinya tetap serupa. Bila sudah dicerna tubuh, semua ragam gula itu akan berubah jadi glukosa dan fruktosa. “Meskipun bentuk dan warnanya berbeda-beda, tapi kandungannya tetap sama,” kata Sidartawan Soegondo, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia. Yang harus kita ingat, selain gula sederhana dengan berbagai bentuk tersebut, banyak pula jenis makanan lain yang juga mengandung glukosa. Misalnya, es krim, minuman soda, nasi padang, donat, mi ayam atau bakso, semuanya mengandung zat gula, juga pastilah mengandung gula. “Makanya jangan terpaku pada bentuknya,” seru Ali.
Karena itu, kita harus cermat mengatur dan menghitung berapa kadar gula atau glokosa yang masuk ke tubuh. Sebab, jika jumlahnya berlebihan, justru bisa menjadi penyakit, misalnya kelebihan berat badan dan kencing manis. Lalu, berapa takaran yang paling ideal untuk konsumsi gula sederhana? Menurut Ali, sebetulnya tak ada patokan yang baku. Sebab, seperti telah diuraikan, ada banyak jenis makanan lain yang juga mengandung zat gula dan bisa diolah tubuh menjadi glukosa. Tapi, ada juga sebagian pakar yang mematok konsumsi ideal gula sederhana adalah 31 gram per hari. “Itu angka yang paling ideal,” kata Sidartawan. Cuma, lagi-lagi kita harus ingat, zat gula juga terdapat pada banyak jenis makanan lain. Karena itu, jika sudah banyak mengkonsumsi makanan penghasil gula kompleks, sebaiknya kita mengurangi konsumsi gula biasa, atau sebaliknya, (segala yg berlebihan tidak baik).
Baik gula sederhana ataupun gula kompleks, semuanya adalah sumber karbohidrat yang oleh tubuh akan diolah menjadi glukosa. Nah, glukosa inilah yang yang akan menjadi makanan bagi sel-sel tubuh manusia. Bahkan, “Otak kita itu makanannya glukosa dan oksigen. Seseorang tidak mempunyai kemampuan beraktivitas kalau tidak memiliki glukosa,” jelas Ali Khomsan, dosen Fakultas Ekologi Manusia Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB). Itulah sebabnya, setelah memakan makanan yang manis-manis, kita sering kali merasa lebih tenang, dan bisa belajar dan berpikir dengan lebih cepat. Satu hal lagi, gula sederhana termasuk golongan monosakarida, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk berproses menjadi glukosa menjadi lebih singkat. Hal ini karena gula hanya memiliki satu molekul saja.
Biarpun ada banyak jenis gula, seperti gula pasir, gula merah, atau gula jagung, kandungan gizinya tetap serupa. Bila sudah dicerna tubuh, semua ragam gula itu akan berubah jadi glukosa dan fruktosa. “Meskipun bentuk dan warnanya berbeda-beda, tapi kandungannya tetap sama,” kata Sidartawan Soegondo, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia. Yang harus kita ingat, selain gula sederhana dengan berbagai bentuk tersebut, banyak pula jenis makanan lain yang juga mengandung glukosa. Misalnya, es krim, minuman soda, nasi padang, donat, mi ayam atau bakso, semuanya mengandung zat gula, juga pastilah mengandung gula. “Makanya jangan terpaku pada bentuknya,” seru Ali.
Karena itu, kita harus cermat mengatur dan menghitung berapa kadar gula atau glokosa yang masuk ke tubuh. Sebab, jika jumlahnya berlebihan, justru bisa menjadi penyakit, misalnya kelebihan berat badan dan kencing manis. Lalu, berapa takaran yang paling ideal untuk konsumsi gula sederhana? Menurut Ali, sebetulnya tak ada patokan yang baku. Sebab, seperti telah diuraikan, ada banyak jenis makanan lain yang juga mengandung zat gula dan bisa diolah tubuh menjadi glukosa. Tapi, ada juga sebagian pakar yang mematok konsumsi ideal gula sederhana adalah 31 gram per hari. “Itu angka yang paling ideal,” kata Sidartawan. Cuma, lagi-lagi kita harus ingat, zat gula juga terdapat pada banyak jenis makanan lain. Karena itu, jika sudah banyak mengkonsumsi makanan penghasil gula kompleks, sebaiknya kita mengurangi konsumsi gula biasa, atau sebaliknya, (segala yg berlebihan tidak baik).
Sumber
http://knohca.multiply.com/journal/item/10?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar