PORT MORESBY:-Suhu politik di Papua Nugini kemarin semakin panas. Salah satu perdana menteri, Peter O'Neill, memerintahkan polisi mengambil alih kantor-kantor pemerintahan yang dikuasai rivalnya, Michael Somare.
O'Neill sementara ini bermarkas di gedung parlemen Papua Nugini.
Ia mengaku pihaknya telah mengambil alih kantor percetakan dan berencana merebut kantor Departemen Keuangan, kantor Perdana Menteri, dan gedung pemerintah.
O'Neill sementara ini bermarkas di gedung parlemen Papua Nugini.
Ia mengaku pihaknya telah mengambil alih kantor percetakan dan berencana merebut kantor Departemen Keuangan, kantor Perdana Menteri, dan gedung pemerintah.
Posisi O'Neil berada di atas angin. Kemarin sekitarnya 500 orang berunjuk rasa di gedung parlemen mendukungnya. Massa mendesak Somare segera mengundurkan diri agar kisruh politik di negara kaya mineral itu segera berakhir.
Berbagai pihak pun mulai meminta Ratu Elizabeth II dari Inggris, sebagai Kepala Negara Papua Nugini, turun tangan menangani kemelut politik ini. Sebab, ia menjadi satu dari sedikit orang yang dapat menangani krisis politik itu.
"Perannya menjadi besar sejak anggota parlemen menolak gubernur jenderal yang dipilih Ratu. Tapi saya pesimistis Ratu dapat turun tangan karena situasi sangat rumit," ujar Anne Twomey, Direktur Reformasi Konstitusi Sydney Law School.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar