Oleh: Muhammad Nuh
dakwatuna.com - “Dua orang lebih baik dari seorang, tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah).” (Abu Dawud)
Maha Agung Allah Yang Menciptakan manusia dengan berbagai sifat dan karakternya. Ada yang pendiam, periang, pemarah, dan perasa. Seribu satu kepribadian pun muncul bersamaan dengan tumbuhnya sosok seorang anak manusia. Tapi semua perbedaan itu, bukan alasan untuk tidak bisa hidup dan berkerja sama.
Jangan seperti domba yang rela dimakan srigala
Rasulullah saw. pernah memberi wasiat agar seorang muslim senantiasa hidup bersama saudaranya. “Sesungguhnya srigala hanya memakan domba yang tercecer dari kelompoknya.” (Al-Hadits)
Sudah menjadi hal alami kalau srigala memangsa domba yang sendiri. Karena dengan cara itulah sasaran tak punya pertahanan. Lemah. Sebaliknya, juga menjadi hal alami kalau domba selalu ingin bersama rombongannya. Tapi, karena sesuatu hal, seekor domba bisa tercecer.
Banyak sebab kenapa domba bisa terlepas dari rombongan. Mungkin karena domba memang lemah. Ia tidak bisa mengikuti gerak lincah kawan-kawannya. Sebab kedua, sang domba sedang sakit. Tak ada yang lebih nyaman buat yang sakit kecuali diam beristirahat. Dan sebab ketiga, sang domba terlalu lincah sehingga kerap meninggalkan rombongannya.
Dari sekian keadaan, sendiri tak pernah menguntungkan domba. Sama saja, apakah sang domba dalam keadaan lemah, atau sangat kuat sekali pun. Karena yang menjadi perhitungan sang srigala bukan lemah atau kuatnya. Tapi, karena kesendirian itu.
Ada keberkahan dalam kebersamaan
Sebagian besar aktivitas hidup Rasulullah saw., berada dalam kebersamaan. Mulai dari shalat wajib yang tidak pernah tertunaikan kecuali dalam kebersamaan, hingga pada soal makan. Karena dari kebersamaan, ada keberkahan.
Keberkahan merupakan nilai tambah pada suatu nikmat, dari segi jumlah dan atau mutu. Jumlah menjadikan nikmat terus bertambah banyak. Nyaris tak pernah kurang, apalagi habis. Selalu tambah dan tambah. Dan mutu, memberikan nikmat punya nilai tambah psikologis. Ada ketenangan dan kepuasan. Sesuatu yang tampak sedikit, karena keberkahan, akan terasa cukup. Bahkan, lebih.
Syarat keberkahan dalam kebersamaan ada dua: beriman dan bertakwa. Allah swt. berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 96. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi….”
Dengan nilai berkah, musibah yang terkesan merugikan pun akan terasa ringan. “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-156)
Tak ada yang sukar jika bersama
Anak-anak pun biasa paham kalau bersama itu membuat masalah jadi mudah. Itulah yang mereka lakukan ketika muncul gagasan belajar bersama. PR yang mungkin terasa sulit jika dikerjakan sendiri menjadi terasa mudah. Begitu pun ketika mereka ingin membeli bola yang mungkin mahal buat ukuran kantong sendiri. Tapi, menjadi mudah jika patungan bersama. Karena di situlah ada proses berbagi karya dan rasa.
Boleh jadi, tak ada kegiatan manusia yang lebih sulit melebihi dakwah. Dari situlah kesibukan turunan muncul: masalah mental, kekuatan dana, strategi, bahkan juga pertahanan. Itulah mungkin, kenapa Allah swt. selalu memerintahkan berdakwah dengan secara bersama.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 104. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Kesalehan, kecerdasan, dan kekuatan secara pribadi saja belum cukup dalam mengarungi tugas-tugas kehidupan. Kebersamaan menjadikan yang susah menjadi lebih mudah.
Kebersamaan itu menyehatkan
Ini mungkin yang terasa lain. Karena jarang orang menyadari adanya nikmat sehat dalam suasana kebersamaan.
Kebersamaan mengkondisikan bahkan memaksa individu untuk berinteraksi satu sama lain. Dari interaksi itulah ada unsur gerak. Mulai dari gerak fisik seperti panca indera dan kaki, hingga pada gerak otak dan batin.
Selain gerak, kebersamaan juga membuat individu melakukan kegiatan berbagi. Inilah olahrasa yang sangat efektif. Mungkin, ketika sendiri, seseorang merasakan kalau dialah yang paling patut bersedih. Tapi ketika terjadi kontak rasa, ternyata ada yang jauh lebih patut untuk bersedih ketimbang dirinya.
Terapi ini dipakai negara-negara maju teknologi seperti Amerika dan Eropa untuk mengobati pasien yang sakit batin. Bisa frustasi, stres, dan mengalami kekecewaan yang parah. Caranya mudah. Pasien dikumpulkan dalam sebuah kumpulan. Mereka bertemu secara rutin dalam bimbingan seorang dokter. Tak ada yang dilakukan sang dokter, kecuali mengarahkan peserta untuk saling bercerita dan mendengarkan pengalaman masing-masing. Dan ternyata, terapi ini bisa menyembuhkan.
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/jangan-mau-dimakan-srigala/
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar