TEMPO.CO, Jakarta - Rekan-rekan Carly Wilson Takimai menuding polisi menghalangi otopsi yang akan dilakukan kepada jenazah mahasiswa asal Papua itu. Tak lama setelah Carly meninggal dunia, polisi meminta jenazah Carly agar langsung dibawa pulang. “Polisi mengusulkan agar jenazah Carly tak diotopsi,” kata rekan Carly, Oktovianus Togau, saat dihubungi Selasa, 29 Novembver siang.
Okto juga menduga polisi menekan pihak Rumah Sakit Tebet agar tim dokter dan perawat tak meladeni permintaan otopsi. Buktinya, jenazah Carly sempat terbengkalai di rumah sakit itu beberapa jam. Lewat kesepakatan teman-teman Carly, jenazah dibawa ke Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta Pusat, agar bisa diotopsi. Hingga kini jenazah tersebut masih disemayamkan di sana. “Kami masih menunggu otopsi dari Carolus,” kata Okto.
Carly meninggal dunia di RS. Tebet sekitar pukul 22.00 tadi malam. Ia tewas dalam keadaan mulut berbusa, perut membesar, dan tubuh yang membengkak. “Ia tewas diracun,” kata Okto. Senin pagi, Carly masih terlihat bugar. Siang hari baru mereka melihgat Carly mulai meracau. Mereka sempat membawa Carly ke rumah sakit dua kali.
Saat di rumah sakit, kata Okto, selalu ada polisi berseragam yang mengawasi mereka. Padahal, mereka tidak memberitahukan siapapun saat Carly dibawa ke rumah sakit. Saat Carly meninggal, polisi mengerubungi mereka. Jumlahnya mencapai belasan orang. Mereka ini yang kemudian “mengawal” jenazah Carly saat di RS Tebet. “Mereka dari Polsek Tebet,” kata Okto.
Carly adalah salah seorang mahasiswa Papua yang selama ini paling vokal menentang penggeledahan kontrakan mereka di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Penggeledahan pada Jumat malam 11 November 2011 kemarin diduga karena ada kaitannya dengan perayaan 50 tahun Organisasi Papua Merdeka. Tak senang digeledah, Carly dan teman-temannya mengadu ke Komnas HAM pekan lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar