Sudah beberapa bulan, nyaris tidak ada masalah terjadi antara dia dan murid-muridnya. Namun, suatu hari, selagi pikirannya sedang agak kusut, ia datang ke kelas. Hari itu, dia menargetkan ingin mengenal lebih jauh tentang lingkungan dan orang-orang di sekeliling setiap muridnya.
“Apa pekerjaan orang tuamu – wahai fulan – ?”
“Pedagang”, jawab yang ditanya.
“Apa pula pekerjaan orang tuamu wahai fulan?”, tanya sang guru kepada murid lainnya.
“Dokter”, jawab sang murid yang ditanya.
Begitu seterusnya, satu persatu murid ditanya, dan selalu mendapatkan jawaban.
Sampai akhirnya, tibalah giliran seorang murid terakhir yang ditanya: “Apa pekerjaan orang tuamu?”.
Sang murid yang ditanya diam saja.
“Apa pekerjaan orang tuamu” ulang sang guru dalam bertanya.
Yang ditanya masih diam.
Dengan nada membentak, sang guru bertanya lagi: “Apa pekerjaan orang tuamu?”.
Sang murid yang ditanya masih terdiam.
“Apa kamu tuli, apa pekerjaan orang tuamu?”.
Akhirnya sang murid yang ditanya mendongakkan kepalanya, seraya menjawab: “Aku tidak tuli pak guru, orang tuaku dalam keadaan tidur di dalam kuburannya!!!”.
Ibrah
Terkadang, kita terburu-buru memvonis dan melukai perasaan orang yang ada di hadapan kita. Namun, hendaklah kita ingat! Ada empat (4) perkara yang kalau sudah terjadi tidak bisa diperbaiki, yaitu:
1. Tidak mungkin kita menarik kembali batu yang kita jatuhkan atau terjatuh, atau terlempar.
2. Tidak mungkin kita menarik kembali kosa kata atau kalimat yang telah kita ucapkan.
3. Tidak mungkin kita menarik kembali peluang yang telah berlalu dan hilang, dan
4. Tidak mungkin kita mengambil kembali waktu, umur dan masa muda yang telah berlalu
Oleh karena itu, kenalilah dan ketahuilah dengan baik bagaimana kita harus bertindak dalam empat hal ini:
- Jangan sia-siakan peluang baik yang ada di hadapanmu, dan
- Jangan terburu-buru memvonis terhadap orang lain
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar