Berikut adalah sebuah kisah ilustrasi yang diambil dari website pesantren online:
Alkisah seekor anjing yang sangat setia kepada tuannya.
Kemanapun tuannya pergi ia selalu mengikutinya untuk melindungi sang tuan. Ia sangat patuh dan selalu menuruti perintah tuannya. Anjing ini memang jenis anjing yang langka. Ia juga bisa berkomunikasi dengan manusia segala umur. Kebetulan sang tuan mempunyai anak kecil yang mulai bisa bermain. Anjing itu kadang ikut bermain dengannya. Jadilah anjing itu sangat disayang tuannya sebagaimana sang anak.
Suatu ketika sang tuan pergi untuk berbelanja besar ke pasar yang biasa ia lakukan setiap akhir pekan. Kali ini ia tidak mengajak anjing kesayangannya. Sebab, ketika itu anaknya sedang pulas tidur di kamarnya. Dan ia tugaskan anjingnya untuk menjaga sang anak. Anjing itu menuruti apa kata tuannya walaupun raut mukanya menyiratkan sedikit kekecewaan karena tidak bisa pergi bersama tuannya. Ia kemudian naik ke tempat tidur di mana anak tuannya sedang pulas mendengkur. Ia juga ikut tidur bersamanya untuk menemani dan menjaganya.
Mulailah sang tuan pergi menuju pasar. Sesampainya di sana, ia beli barang-barang yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Tak lupa pula beberapa mainan kesayangan anaknya ia beli semua. Terakhir untuk sang anjing, ia belikan tulang-tulang dan daging kesukannya. Kemudian ia pulang dengan ceria karena ia telah dapat membeli semua barang sesuai rencana.
Sesampainya di rumah, ia langsung disambut oleh anjing kesayangannya dengan penuh suka dan gembira. Tapi sang tuan justru menampakkan ketidaksukaannya --sikap yang tidak pernah ia tunjukkan selama ini. Ia heran melihat mulut anjingnya yang belepotan darah pertanda baru saja ia habis makan besar. Ia mengira bahwa anjingnya telah memangsa sang anak yang ditinggalkannya. Perasaan marah dan sedih berbaur jadi satu. Dengan pikiran kalut ia amat menyesalkan dirinya sendiri mengapa ia tidak mengajak anjing pergi bersamanya atau pergi bersama anaknya atau...
Dengan penuh marah dan geram, langsung saja ia ambil sebilah golok panjang dan tanpa pikir lagi ia ayunkan golok itu ke leher anjing yang selama ini selalu menemaninya. Tak ada perlawanan sedikitpun dari sang anjing yang sedang gembira menyambut tuannya datang. Darah muncrat membanjiri halaman rumah. Tubuh anjing itu langsung tergelepar, tergolek,.. dan akhirnya tak bergerak lagi, mati. Ia merasa puas telah membinasakan anjing yang telah merenggut nyawa anaknya. Tapi perasaan sedih tetap saja tidak bisa ia pendam. Dengan air mata yang menggenang di pelopak matanya, ia pergi menuju kamar tempat tidur sang anak. Ia ingin melihat sisa-sisa mayat dan tulang belulang anaknya.
Dibukalah pintu kamar dan langsung ia lemparkan pandangannya ke atas ranjang. Namun, dengan mata melotot dan terbelalak-heran ia temukan seekor ular besar tercabik-cabik di atas ranjang bekas tempat tidur anaknya semula. Kemudian ia cepat bergegas menuju taman di belakang rumah tempat anak dan anjingnya biasa bermain. Ia lihat di sana sang anak tertawa riang bermain di taman itu.
Sekarang, barulah ia menyadari semuanya bahwa ia salah sangka terhadap anjingnya yang selalu setia kepadanya. Sesungguhnya anjing itu sangat gembira ketika menyambut kedatangannya untuk menunjukkan keberhasilannya menjaga anaknya dari gangguan ular berbisa. "Anjing itu ternyata tetap setia dan prasangka itu telah membuatku lupa semuanya.." sesalnya. (pesantrenonline.com)
Kisah di atas tentulah sebuah fiksi, akan tetapi cukup memberikan pelajaran yang berharga buat kita. Prasangka buruk (negative thinking) akan membuahkan keburukan juga, ya kalau persangkaan buruk itu memang benar, tetapi jika persangkaan buruk itu tidak benar maka itu akan membuat renggangnya tali persaudaraan di tengah-tengah komunitas (masyarakat). Tentang apa yang ada pada diri orang lain sebaiknya selalu berpikiran positif atau selalu berprasangka baik, kita sedikit tahu apa yang terjadi pada orang lain, kita juga tidak bisa menilai hati atau pikiran seseorang. Jadi sebenarnya tidak berhak untuk menilai buruk seseorang karena bisa jadi persangkaan kita itu salah besar. Dalam hal kebaikan pun seseorang bisa disangka buruk oleh orang lain. Sehingga apabila kita jumpai persoalan seseorang yang membuat kita ragu, bertanya-tanya, atau tidak berkenan di hati maka positive thingking adalah hal yang dapat menyelamatkan kita dan juga orang tersebut.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat:12)
Diriwayatkan kepada kami dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab bahwa beliau mengatakan, “Berprasangka baiklah terhadap tuturan yang keluar dari mulut saudaramu yang beriman, sedang kamu sendiri mendapati adanya kemungkinan tuturan itu mengandung kebaikan.”
Imam Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah berprasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah kamu meneliti rahasia orang lain, mencuri dengar, bersaing yang tidak baik, saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian ini sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
Apa yang keluar dari mulut dan apa yang terlintas di benak sebaiknya kita telaah ulang, apakah sudah bersih dari persangkaan buruk? Kadang kita memang tidak sadar karena sudah menjadi kebiasaan.
Semoga Allah selalu melindungi kita dalam naungan hidayah-Nya…
Semoga Allah selalu membimbing kita untuk selalu memperbaiki diri hingga di akhir hayat… Amin…
dari : http://oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=10
Alkisah seekor anjing yang sangat setia kepada tuannya.
Kemanapun tuannya pergi ia selalu mengikutinya untuk melindungi sang tuan. Ia sangat patuh dan selalu menuruti perintah tuannya. Anjing ini memang jenis anjing yang langka. Ia juga bisa berkomunikasi dengan manusia segala umur. Kebetulan sang tuan mempunyai anak kecil yang mulai bisa bermain. Anjing itu kadang ikut bermain dengannya. Jadilah anjing itu sangat disayang tuannya sebagaimana sang anak.
Suatu ketika sang tuan pergi untuk berbelanja besar ke pasar yang biasa ia lakukan setiap akhir pekan. Kali ini ia tidak mengajak anjing kesayangannya. Sebab, ketika itu anaknya sedang pulas tidur di kamarnya. Dan ia tugaskan anjingnya untuk menjaga sang anak. Anjing itu menuruti apa kata tuannya walaupun raut mukanya menyiratkan sedikit kekecewaan karena tidak bisa pergi bersama tuannya. Ia kemudian naik ke tempat tidur di mana anak tuannya sedang pulas mendengkur. Ia juga ikut tidur bersamanya untuk menemani dan menjaganya.
Mulailah sang tuan pergi menuju pasar. Sesampainya di sana, ia beli barang-barang yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Tak lupa pula beberapa mainan kesayangan anaknya ia beli semua. Terakhir untuk sang anjing, ia belikan tulang-tulang dan daging kesukannya. Kemudian ia pulang dengan ceria karena ia telah dapat membeli semua barang sesuai rencana.
Sesampainya di rumah, ia langsung disambut oleh anjing kesayangannya dengan penuh suka dan gembira. Tapi sang tuan justru menampakkan ketidaksukaannya --sikap yang tidak pernah ia tunjukkan selama ini. Ia heran melihat mulut anjingnya yang belepotan darah pertanda baru saja ia habis makan besar. Ia mengira bahwa anjingnya telah memangsa sang anak yang ditinggalkannya. Perasaan marah dan sedih berbaur jadi satu. Dengan pikiran kalut ia amat menyesalkan dirinya sendiri mengapa ia tidak mengajak anjing pergi bersamanya atau pergi bersama anaknya atau...
Dengan penuh marah dan geram, langsung saja ia ambil sebilah golok panjang dan tanpa pikir lagi ia ayunkan golok itu ke leher anjing yang selama ini selalu menemaninya. Tak ada perlawanan sedikitpun dari sang anjing yang sedang gembira menyambut tuannya datang. Darah muncrat membanjiri halaman rumah. Tubuh anjing itu langsung tergelepar, tergolek,.. dan akhirnya tak bergerak lagi, mati. Ia merasa puas telah membinasakan anjing yang telah merenggut nyawa anaknya. Tapi perasaan sedih tetap saja tidak bisa ia pendam. Dengan air mata yang menggenang di pelopak matanya, ia pergi menuju kamar tempat tidur sang anak. Ia ingin melihat sisa-sisa mayat dan tulang belulang anaknya.
Dibukalah pintu kamar dan langsung ia lemparkan pandangannya ke atas ranjang. Namun, dengan mata melotot dan terbelalak-heran ia temukan seekor ular besar tercabik-cabik di atas ranjang bekas tempat tidur anaknya semula. Kemudian ia cepat bergegas menuju taman di belakang rumah tempat anak dan anjingnya biasa bermain. Ia lihat di sana sang anak tertawa riang bermain di taman itu.
Sekarang, barulah ia menyadari semuanya bahwa ia salah sangka terhadap anjingnya yang selalu setia kepadanya. Sesungguhnya anjing itu sangat gembira ketika menyambut kedatangannya untuk menunjukkan keberhasilannya menjaga anaknya dari gangguan ular berbisa. "Anjing itu ternyata tetap setia dan prasangka itu telah membuatku lupa semuanya.." sesalnya. (pesantrenonline.com)
Kisah di atas tentulah sebuah fiksi, akan tetapi cukup memberikan pelajaran yang berharga buat kita. Prasangka buruk (negative thinking) akan membuahkan keburukan juga, ya kalau persangkaan buruk itu memang benar, tetapi jika persangkaan buruk itu tidak benar maka itu akan membuat renggangnya tali persaudaraan di tengah-tengah komunitas (masyarakat). Tentang apa yang ada pada diri orang lain sebaiknya selalu berpikiran positif atau selalu berprasangka baik, kita sedikit tahu apa yang terjadi pada orang lain, kita juga tidak bisa menilai hati atau pikiran seseorang. Jadi sebenarnya tidak berhak untuk menilai buruk seseorang karena bisa jadi persangkaan kita itu salah besar. Dalam hal kebaikan pun seseorang bisa disangka buruk oleh orang lain. Sehingga apabila kita jumpai persoalan seseorang yang membuat kita ragu, bertanya-tanya, atau tidak berkenan di hati maka positive thingking adalah hal yang dapat menyelamatkan kita dan juga orang tersebut.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat:12)
Diriwayatkan kepada kami dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab bahwa beliau mengatakan, “Berprasangka baiklah terhadap tuturan yang keluar dari mulut saudaramu yang beriman, sedang kamu sendiri mendapati adanya kemungkinan tuturan itu mengandung kebaikan.”
Imam Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah berprasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah kamu meneliti rahasia orang lain, mencuri dengar, bersaing yang tidak baik, saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian ini sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
Apa yang keluar dari mulut dan apa yang terlintas di benak sebaiknya kita telaah ulang, apakah sudah bersih dari persangkaan buruk? Kadang kita memang tidak sadar karena sudah menjadi kebiasaan.
Semoga Allah selalu melindungi kita dalam naungan hidayah-Nya…
Semoga Allah selalu membimbing kita untuk selalu memperbaiki diri hingga di akhir hayat… Amin…
dari : http://oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=10
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar