Islam Wamena |
Jakarta (SI ONLINE) - Penolakan terhadap isu Islamisasi Papua oleh penduduk Kristen karena bertentangan dengan cita-cita mereka yang mengkalim Papua sebagai 'tanah yang diberkati'. Slogan Papua sebagai tanah yang diberkati merupakan simbol bahwa tanah Papua merupakan tanah milik orang-orang kristen baik Protestan maupun Katolik.
"Gereja Pengharapan Jayapura membentangkan spanduk dengan slogan 'Tanah Papua Milik Yesus Kristus'", tulis peneliti STAIN Al-Fatah, Jayapura, Safiudin, dalam makalah ilmiahnya yang dipublikasikan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama, (10/10/2011) lalu.
Berbagai tindakan masyarakat Papua yang menolak Islam dengan berbagai simbol yang dimiliki, dan mengklaim Papua sebagai 'tanah yang diberkati', kata Safiudin, karena saat ini mereka dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa kuantitas penduduk pendatang muslim semakin lama makin bertambah.
"Gereja Pengharapan Jayapura membentangkan spanduk dengan slogan 'Tanah Papua Milik Yesus Kristus'", tulis peneliti STAIN Al-Fatah, Jayapura, Safiudin, dalam makalah ilmiahnya yang dipublikasikan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama, (10/10/2011) lalu.
Berbagai tindakan masyarakat Papua yang menolak Islam dengan berbagai simbol yang dimiliki, dan mengklaim Papua sebagai 'tanah yang diberkati', kata Safiudin, karena saat ini mereka dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa kuantitas penduduk pendatang muslim semakin lama makin bertambah.
Sementara umat Islam menganggap bahwa tanah Papua bukanlah milik orang Kristen, karena Islam lebih dahulu masuk ke Papua dari pada Kristen. Jadi, benarkah klaim bahwa tanah Papua adalah 'tanah yang diberkati?'.
Ade Yamin, yang juga peneliti STAIN Al-Fatah, Jayapura, dalam makalahnya berjudul "Dani Muslim di Tengah Benturan Peradaban", membantah anggapan itu. Menurutnya orang yang pertama membawa Islam ke Papua adalah Syekh Abdurrauf yang merupakan putra ke-27 dari Waliyullah Syekh Abdul Qadir Jaelani dari kerajaan Samudra Pasai, yang telah mengutus Tuan Syekh Iskandar Syah untuk melakukan perjalanan dakwah ke Nuu War (Papua) sekitar abad XIII, tepatnya 17 Juli 1224.
Artinya, jika merujuk pada pendapat ini, Islam telah masuk ke tanah Papua jauh lima abad sebelum Kristen masuk. Sebab masuknya Kristen Protestan pertama kali di daerah Manokwari yaitu ketika dua orang missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler mendarat dan kemudian menjadi pelopor kegiatan missionaris di sana terjadi pada tahun 1855.
Menurut penulis buku “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)”, Ali Atwa, masuknya Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini dengan daerah lain di Indonesia. Selain faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit, masuknya Islam ke kawasan ini adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam berpengaruh di kawasan Indonesia Timur, yakni Kerajaan Bacan.
Bahkan, lanjut Ali Atwa, keberadaan Islam Bacan di Maluku sejak tahun 1520 M dan telah menguasai beberapa daerah di Papua pada abad XVI telah tercatat dalam sejarah. Sejumlah daerah seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati pada abad XVI telah mendapat pengaruh dari ajaran Islam.
"Melalui pengaruh Sultan Bacan inilah maka sejumlah pemuka masyarakat di pulau-pulau tadi memeluk agama Islam, khususnya yang di wilayah pesisir. Sementara yang dipedalaman masih tetap menganut faham animisme", tulisnya.
Ali lantas mengutip tulisan Thomas Arnold, seorang orientalis berkebangsaan Inggris, yang memberi catatan kaki dalam kaitannya dengan wilayah Islam tersebut: “…beberapa suku Papua di pulau Gebi antara Waigyu dan Halmahera telah diIslamkan oleh kaum pendatang dari Maluku"
Tentang masuk dan berkembangnya syi'ar Islam di daerah Papua, lebih lanjut Arnold menjelaskan: “Di Irian sendiri, hanya sedikit penduduk yang memeluk Islam. Agama ini pertama kali dibawa masuk ke pesisir barat [mungkin semenanjung Onin] oleh para pedagang Muslim yang berusaha sambil berdakwah di kalangan penduduk, dan itu terjadi sejak tahun 1606. Tetapi nampaknya kemajuannya berjalan sangat lambat selama berabad-abad kemudian..."
Bila ditinjau dari laporan Arnold tersebut, maka berarti masuknya Islam ke daerah Papua terjadi pada awal abad ke XVII, atau dua abad lebih awal dari masuknya Protestan. Baik memakai pendapat pertama yang menyatakan Islam masuk sejak abad XIII maupun pendapat kedua Islam masuk Papua sejak abad XVI, keduanya tetap lebih dahulu dibandingkan dengan masuknya Kristen.
Bahkan, masuknya zending Kristen C.W. Ottow dan G.J. Geissler juga atas jasa umat Islam. "Kedua orang itu yang mengantarkan ke Papua umat Islam. Ini juga harus diketahui", kata Ketua AFKN Ustadz Fadzlan Garamatan.
Jika demikian halnya, lantas apa dasar dan alasan untuk mengklaim bahwa Papua adalah 'tanah yang diberkati?'.
Sebelumnya, Forum Umat Islam (FUI) Siapa Berjihad Di Papua
Forum Umat Islam (FUI) dalam pernyataan yang disampaikan kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jumat (23/11/2011) menyatakan akan menyerukan kepada seluruh laskar Islam untuk berjihad mempertahankan bumi Islam, Papua (Nuu Waar). Pernyataan itu keluar karena sampai sekarang negara dinilai tidak berani menggunakan hard power untuk menumpas gerakan separatis, baik Republik Maluku Selatan (RMS) maupun Organisasi Papua Merdeka (OPM).
" Status perang melawan para pembangkang/pengacau keamanan (Quththa’ at-Thariq au al-Hirabah) itu juga termasuk jihad. Pasukannya disebut mujahidin dan jika tewas dalam peperangan mereka disebut syahid (syuhada). Apalagi jika para pembangkang itu adalah orang kafir, maka status jihadnya adalah memerangi kaum kafir untuk menjunjung tinggi kalimat Allah (li ila’i kalimatilLah). "
Statement ini mendapat rekasi keras oleh Element Pemuda Kristen Papua
Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Buctar Tabuni, seperti diberitakan Suara Baptis Papua (SBP), menanggapi pernyataan Ketua Dewan Penasehat FUI, Habib Rizieq Syihab, dengan mengatakan, “Kami di Papua siap berjihat apabila Forum Umat Islam mau berjihat di Papua”.
Bahkan Tabuni menganggap FUI gila dan statemen yang dikeluarkan sangat diskriminatif terhadap kaum minoritas khususnya di Papua. Tabuni mengharapkan pemuda Kristen Papua untuk menanggapi statemen FUI tersebut agar rencana jihat itu tidak terjadi di Papua.
Sementara Ketua Forum Gerakan Pemuda Baptis Papua (FGPBP), Turius Wenda, mengaku sangat menyesalkan pernyataan FUI. “Harusnya mereka (FUI) mengerti dan memahami akar persoalan Papua. Kalau tidak tahu persoalan Papua jangan omong sembarangan. Karena pernyataan begini bisa berakibat fatal atau mengarah pada konflik SARA atau konflik agama”, katanya seperti dikutip SBP.
Bahkan Tabuni menganggap FUI gila dan statemen yang dikeluarkan sangat diskriminatif terhadap kaum minoritas khususnya di Papua. Tabuni mengharapkan pemuda Kristen Papua untuk menanggapi statemen FUI tersebut agar rencana jihat itu tidak terjadi di Papua.
Sementara Ketua Forum Gerakan Pemuda Baptis Papua (FGPBP), Turius Wenda, mengaku sangat menyesalkan pernyataan FUI. “Harusnya mereka (FUI) mengerti dan memahami akar persoalan Papua. Kalau tidak tahu persoalan Papua jangan omong sembarangan. Karena pernyataan begini bisa berakibat fatal atau mengarah pada konflik SARA atau konflik agama”, katanya seperti dikutip SBP.
seruan FUI juga mendapat pertentangan keras dari Ketua Muslim Pegunungan Tengah Papua, Ismail Asso. Seperti diberitakan Central Demokrasi, Rabu (28/12/2011), Ismail meminta rakyat Papua tidak perlu takut dengan pernyataan FUI, karena dianggap hanya bentuk cari muka. Asso menambahkan, jika FUI benar datang berjihad di Papua, dirinya bersama muslim Papua lainnya akan berdiri paling depan untuk mengusir mereka.
“Itu ormas goblok, mereka cari muka saja. Mereka juga tidak punya massa di Papua. Jangan takut kalau mereka akan datang ke Papua,” ujarnya.
Ismail mengaku akan berdiri di barisan paling depan untuk mengusir Laskar Islam. Dia merasa mempu menghentikan laskar Islam. “Karena gerakan mereka kecil dan pinggiran”, lanjutnya. (@tw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar