Sabtu, 12 November 2011

Shalat Dalam Kehidupan Seorang Muslim

oleh Ustadz Samson Rahman

Shalat merupakan tali pengikat ruhani yang sangat kuat antara seorang hamba dengan Penciptanya. Hubungan yang melambangkan kehinadinaan hamba di hadapan Tuhannya dan keagungan Sang Khaliq di depan hamba-Nya. Shalat dengan gamblang menggambarkan kekecilan seorang hamba dan kebesaran Allah. Shalat adalah sarana munajat mendekatkan diri kepada Allah.

Shalat adalah tangga ruh dan kalbu orang-orang yang merindu Allah..Dengan shalat mereka merajut malam di mihrab-mihrab mahabbah dan syauq sambil bercengkerama penuh nikmat dengan Tuhannya yang sedang membuka tirai-tirai langit bagi orang-orang yang sedang istighfar dan munajat. Lambungnya segan berdekatan dengan kasur-kasur empuk.

Mereka berdoa pada Tuhannya dengan air linangan air mata harap dan cemas Hati mereka terasa hangat tatkala lambingan munajat mereka panjatkan di relung-relung malam yang senyap. mereka menyibak awan dan gemintang dengan alunan panjang tasbih dan tahmid kepada Tuhan. Mereka getarkan pintu-pintu langit munajat cinta yang senantiasa bergelora di titian malam yang pendek..

Shalat adalah tiang agama dan penyangga rusuk-rusuk dan organ-organ agama yang lain. Jika tiang utama hancur maka kelumpuhan akan segera terjadi pada organ-organ yang lain. Jika tiang utama ini melemah maka kehidupan agama tidak bisa diharapkan bergerak kembali. Keletihan jiwa akan merasuk kelumpuhan ruhani akan menjadi epedemi.

Shalat sangat berpengaruh pada pembentukan akhlak dan moralitas seseorang. Dia mampu menjadi imunisasi paling manjur bagi pelakunya untuk terjauhkan dari semua kekejian dan kejahatan. Dia menjadi obat paling mujarab yang menentramkan jiwa para pelakunya dan mampu mencegah pelakunya untuk tidak terjebak dalam kerakusan dan ketamakan. Dia akan mampu menjaga pelakunya untuk senantiasa bersikap rendah hati dan tawadhu’ di hadapan siapa saja. Dia akan mampu mendongkrak harga diri pelakunya di hadapan siapapun yang menyombongkan diri di hadapan Allah.

Shalat adalah munajat dan doa. Ia adalah taubat dan inabah. Ia adalah tasbih dan istighfar, tahmid dan takbir serta tahlil yang teramu dalam sebuah untaian prosesi indah menggapai nikmat pertemuan dengan Kekasih.

Shalat menjadi terminal seorang hamba dalam perjalanan hidupnya untuk sejenak bersuka-ria bertemu dengan Tuhannya, Sang Maha Diraja. Dalam shalatlah mereka merasakan kenikmatan ruhani dan jiwa yang sangat sensasional.. Bahkan ada yang mengatakan : Andaikata penduduk bumi tahu kenikmatan yang kami rasakan saat kami shalat, pastilah mereka akan memenggal kepala kami dengan pedang-pedang nan tajam.

Dalam shalat, kita menyucikan-Nya, bermunajat dengan firman-firman-Nya. Kita ruku’ dan sujud pada-Nya. Kita renungi kembali asal penciptaan kita yang berasal dari tanah dan unsur-unsur alam yang ada. Dari bahan tersebut, Dia melengkapi kita dengan kemauan dan kekuatan sehingga kita mampu menyucikan, menjunjung, menahan tuntutan fisik dan syahwat, meluruskan instink, menggelorakan kecenderungan menegakkan kesucian dan berusaha melawan penyimpangan-penyimpangan yang mengarah pada kekejian dan kejahatan.

Shalat merupakan sarana mendidik jiwa dan memperbaharui semangat serta sebagai penyucian akhlak. Ia adalah tali penguat pengendali diri, pelipur lara, penyejuk jiwa dan pengaman dari rasa takut dan cemas. Ia akan menghancurkan kelemahan dan akan menjadi senjata ampuh bagi mereka yang merasa terasingkan.

Shalat membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk. Dia akan menyingkirkan dunia dari hati pelakunya dan akan meletakkannya di telapak tangannya. Dia akan mencari dunia untuk dikendalikan dan bukan dunia yang mengendalikan dirinya.

Shalat adalah kebun ibadah yang di dalamnya penuh dengan segala yang menyenangkan dan menggembirakan. Ada takbir, ada ruku’, ada berdiri, ada sujud, ada duduk dan tahiyyat yang di dalamnya penuh dengan munajat. Ia adalah cahaya yang ada di dalam hati seorang mukmin dan nur yang akan memberikan penerangan kala mereka dikumpulkan di padang mahsyar. Sebagaimana Rasulullah sabdakan :

الصلاة نور

Shalat itu adalah cahaya (HR. Muslim).

Dengan shalat kita minta pertolongan kepada Allah dengan segala kerendahan jiwa yang terekspresikan lewat ruku’ dan sujud, yang terekam dalam semarak doa dan munajat.

واستعينوا بالصبر والصلاة وإنها لكبيرة إلا على الخاشعين

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (Al-Baqarah : 45).

Shalat akan terasa berat jika kekhusyuaan kita demikian hampa, ia akan terasa beban jika kita tidak merindukan pertemuan dengan Sang Mahakasih. Sebaliknya shalat akan terasa nikmat bagi orang-orang yang khusyu’, bagi mereka yang menjadikan shalat sebagai tangga menuju pertemuan dengan Sang Khalik. Shalat yang benar akan senantiasa mampu menjadi tameng dari maksiat-maksiat yang mungkin akan menenggelamkan ruhani kita dan merubuhkan pilar keimanan kita, serta mematikan potensi keihsanan kita :

اتل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Ankabuut : 45).

Barang siapa yang menjaga shalatnya, maka shalat itu menjadi cahaya dan keterangan (bukti) serta penyelamat baginya di hari kiamat (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).

Meruyaknya kejahatan di tengah kita bisa saja terjadi yang berupa pemyimpangan, kekejian kekotoran-kekotoran ruhani sangat mungkin terjadi karena shalat kita tidak lagi ada bobot nilai-nilai ilahiyahnya. Shalat kita hanya berupa rangka-rangka dan gerak yang hampa ruhani. Shalat kita laksana mayat yang tanpa ruh, shalat kita telah mati saat kita melakukannya.

Ironi, jika peringatan rutin peristiwa Isra' Mi'raj ya setiap tahun tidak melahirkan shalat khusyu' yang mampu menggetarkan nurani dan menembus hingga ke langit. Shalat yang hampa kekhusyu'un dan hampa kerendahan hati akan melahirkan kehampaan-kehampaan baru yang tiada henti.

Maka, sudah saatnylah kita jadikan shalat sebagai sumber cahaya yang akan menerangi perjalanan kita menuju Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan shalat jiwa kita menjadi tentram, sejuk dan segar. Karena dalam shalat aliran ketentraman dari langit terus mengalir. Tanpa henti.


Sumber : http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/ustadz-samson-rahman-salat-dalam-kehidupan-seorang-muslim.htm



Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar