Jumat, 25 November 2011

Beribadah Kepada Allah Subhanaahu wa Ta'ala Sepenuhnya

Di antara kunci-kunci rizki adalah beribadah kepada Allah sepenuhnya. Saya akan membahas masalah ini
–dengan memohon pertolongan kepada Allah– dari dua hal:

a. Makna beribadah kepada Allah sepenuhnya.
b. Dalil syar’i bahwa beribadah kepada Allah sepenuhnya adalah di antara kunci-kunci rizki.

A. Makna Beribadah Kepada Allah Sepenuhnya.

Hendaknya seseorang tidak mengira bahwa yang dimak-sud beribadah sepenuhnya adalah dengan meninggalkan usaha untuk mendapatkan penghidupan dan duduk di masjid sepanjang siang dan malam. Tetapi yang dimaksud –wallahu a’lam– adalah hendaknya seorang hamba beribadah dengan hati dan jasadnya, khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha Esa, menghadirkan (dalam hati) betapa besar keagungan Allah, benar-benar merasa bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah Yang Maha Menguasai dan Maha Menentukan. Yakni beribadah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits:

“Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kami melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya maka se-sungguhnya Dia melihatmu.” [1]

Janganlah engkau termasuk orang-orang yang (ketika beribadah) jasad mereka berada di masjid, sedang hatinya berada di luar masjid.

Menjelaskan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :
“Beribadahlah sepenuhnya kepadaKu”. Al-Mulla Ali Al-Qari berkata, “Maknanya, jadikanlah hatimu benar-benar sepenuhnya (berkonsentrasi) untuk beribadah kepada Tuhan-mu”.[2]

B. Dalil Syar’i Bahwa Beribadah Kepada Allah Sepenuhnya Termasuk Kunci Rizki

Ada beberapa nash yang menunjukkan bahwa beribadah sepenuhnya kepada Allah termasuk di antara kunci-kunci rizki. Beberapa nash tesebut di antaranya adalah:
  • Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam beliau bersabda:
    “Sesungguhnya Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan, nis-caya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan[3] dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia)’.” [4]
    Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam dalam hadits tersebut menjelaskan, bahwasanya Allah menjanjikan kepada orang yang beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan dua hadiah, sebaliknya mengancam bagi yang tidak beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan dua siksa. Adapun dua hadiah itu adalah Allah mengisi hati orang yang beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan kekayaan serta memenuhi kebutuhannya. Sedangkan dua siksa itu adalah Allah memenuhi kedua tangan orang yang tidak beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan berbagai kesibukan, dan ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga ia tetap membutuhkan kepada manusia.
  • Hadits riwayat imam Al-Hakim dari Ma’qal bin Yasar Radhiallaahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
    “Tuhan kalian berkata, ‘Wahai anak Adam, beribadah-lah kepadaKu sepenuhnya, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam!, jangan jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi kedua tangamu dengan kesibukan.”[5]
    Dalam hadits yang mulia ini, Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam yang mulia, yang berbicara berdasarkan wahyu mengabarkan tentang janji Allah, yang tak satu pun lebih memenuhi janji daripadaNya, berupa dua jenis pahala bagi orang yang benar-benar ber-ibadah kepada Allah sepenuhnya. Yaitu, Allah pasti memenuhi hatinya dengan kekayaan dan kedua tangannya dengan rizki.
    Sebagaimana Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam juga memperingatkan akan ancaman Allah kepada orang yang menjauhiNya dengan dua jenis siksa. Yaitu Allah pasti memenuhi hatinya dengan kefakiran dan kedua tangannya dengan kesibukan.
Dan semua mengetahui, siapa yang hatinya dikayakan oleh Yang Maha Memberi kekayaan, niscaya tidak akan didekati oleh kemiskinan selama-lamanya. Dan siapa yang kedua tangannya dipenuhi rizki oleh Yang Maha Memberi rizki dan Maha Perkasa, niscaya ia tidak akan pernah pailit selama-lamanya. Sebaliknya, siapa yang hatinya dipenuhi dengan kefakiran oleh Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan, niscaya tak seorang pun mampu membuatnya kaya. Dan siapa yang disibukkan oleh Yang Maha Perkasa dan Maha Memaksa, niscaya tak seorangpun yang mampu memberinya waktu luang.

[1] Lihat Shahih Muslim, Kitabul Iman, bab Bayanul Iman wal Islam wal Ihsan…., penggalan dari hadits no. 5(9), 1/39.
[2] Murqatul Mafatih, 9/26. Lihat pula Tuhfatul Ahwadzi, di dalamnya disebutkan:
تَفَرَّ غْ مِنْ مُهَمَّا تِكَ لِطَا عَتِي.
“Kosongkanlah (hatimu) dari urusan-urusanmu untuk menta’atiKu.” (7/140).
[3] Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan”. Dikhususkan penyebutan kata ‘tangan’, karena pekerjaan itu dilakukan dengan keduanya. (Faidhul Qadir, 2/308).
[4] Al-Musnad, no. 8681, 16/284. Jami’ut Tirmidzi, Abwabul Shifatil Qiyamah, bab no. 2583, 7/140 dan lafazh ini miliknya. Sunan Ibnu Majah, Abwabuuz Zuhd, Al-Hammu bid Dunya, no. 4159, 2/408. Al-Mustadrak ‘Alash Shahihain, Kitabut Tafsir, 2/443. Imam At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib (Jami’ut Tirmidzi, 7/141). Imam Al-Hakim berkata, Ini adalah hadits yang sanadnya shahih, tetapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim”. (Al-Mustadrak, 2/443). Dan ini disepakati oleh Adz-Dzahabu (At-Talkhish, 2/443). Syaikh Al-Albani berkata shahih (Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/300. Shahih Sunan Ibnu Majah, 2/393).
[5] Al-Mustadrak ’Alash Shahihain, Kitabur Riqaq, 4/326. Imam Al-Hakim berkata, “Sanad hadits ini shahih, tetapi Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”. (Op. cit. 4/326). Dan hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi (At-Talkhish, 4/326). Syaikh Al-Albani berkata, “Tentang hadits ini, memang seperti dikatakan oleh keduanya”. (Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah, no. 1359, 3/347).

Sumber :  http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=l



Shareihatkajian&parent_id=487&parent_section=kj017&idjudul=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar